Merawat Jenazah: Penghormatan Terakhir

Kematian adalah sebuah kepastian universal, sebuah fase tak terhindarkan dalam siklus kehidupan setiap makhluk. Dalam Islam, menghadapi kematian bukan sekadar penerimaan atas takdir, melainkan sebuah serangkaian kewajiban yang sarat makna, yaitu merawat jenazah. Proses ini bukan hanya ritual belaka, melainkan ekspresi penghormatan tertinggi kepada individu yang telah berpulang, sekaligus pengingat bagi mereka yang masih hidup tentang fana-nya dunia dan kekekalan akhirat.

Merawat jenazah merupakan fardhu kifayah, sebuah kewajiban kolektif bagi umat Muslim. Artinya, jika sebagian dari komunitas telah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melaksanakannya, seluruh komunitas akan menanggung dosa. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran komunal dalam memastikan setiap jenazah diperlakukan dengan layak dan sesuai syariat. Proses perawatan ini meliputi empat tahapan utama yang berurutan: memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan. Setiap tahapan memiliki adab, tata cara, dan hikmahnya tersendiri, mencerminkan kesucian, kesederhanaan, dan kebersamaan.

1. Persiapan Awal dan Adab Menghadapi Kematian

Sebelum empat tahapan utama, ada beberapa adab dan persiapan awal saat seseorang berada di ambang kematian atau setelah menghembuskan napas terakhir. Ketika tanda-tanda kematian mulai tampak, disunahkan untuk membimbingnya mengucapkan kalimat syahadat, "La ilaha illallah." Setelah ruh berpisah dari jasad, beberapa hal perlu segera dilakukan:

  • Menutup Mata dan Merapatkan Mulut: Segera pejamkan mata jenazah dan ikat dagunya agar mulutnya tidak terbuka.
  • Meluruskan Sendi-sendi: Luruskan dan lemaskan sendi-sendi tubuh agar tidak kaku, memudahkan proses selanjutnya.
  • Menutupi Seluruh Tubuh: Selimuti seluruh tubuh jenazah dengan kain bersih untuk menjaga kehormatan dan auratnya.
  • Memberi Tahu Keluarga dan Komunitas: Segera informasikan kepada keluarga terdekat dan komunitas Muslim agar persiapan dapat segera dimulai. Disunahkan untuk tidak menunda proses perawatan jenazah.
  • Membaca Doa: Anggota keluarga atau yang hadir disunahkan untuk membaca doa kebaikan bagi jenazah dan bersabar atas musibah yang menimpa.

Kesigapan dalam persiapan awal ini mencerminkan rasa hormat dan kepedulian terhadap almarhum, sekaligus meringankan beban keluarga yang sedang berduka.

2. Memandikan Jenazah (Al-Ghusl)

Memandikan jenazah adalah proses menyucikan tubuh dari hadas besar maupun kecil, menjadikannya bersih sebelum menghadap Allah SWT. Proses ini sangat penting karena kebersihan adalah separuh dari iman, dan jenazah harus dalam keadaan suci saat disalatkan dan dikuburkan.

Siapa yang Memandikan?
Sebaiknya yang memandikan adalah orang yang berjenis kelamin sama dengan jenazah. Jika tidak ada, barulah diperbolehkan dari lawan jenis jika ada hubungan mahram (seperti suami memandikan istri, atau istri memandikan suami). Orang yang memandikan hendaknya adalah orang yang amanah, mengetahui tata cara, dan mampu menjaga aib jenazah.

Persiapan Alat dan Tempat:

  • Tempat yang tertutup dan tersembunyi, jauh dari pandangan umum, untuk menjaga privasi.
  • Air bersih yang cukup, disarankan menggunakan air yang dicampur daun bidara atau sabun, dan sedikit kapur barus untuk bilasan terakhir.
  • Sarung tangan bagi pemandi.
  • Kain penutup aurat jenazah.
  • Handuk atau kain bersih untuk mengeringkan.
Baca juga:  Temukan Keunikan Dan Kualitas Kolokopi Lokal Yang Menggoda Selera

Tata Cara Memandikan:

  1. Niat: Pemandi berniat untuk memandikan jenazah karena Allah SWT.
  2. Menutup Aurat: Pastikan aurat jenazah (antara pusar dan lutut bagi laki-laki, seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan bagi perempuan) tetap tertutup dengan kain saat dimandikan.
  3. Membersihkan Najis: Pemandi memakai sarung tangan, lalu membersihkan kotoran dan najis yang mungkin menempel pada tubuh jenazah, terutama di kemaluan dan dubur, dengan cara mengurut perut jenazah secara perlahan.
  4. Berwudu: Setelah bersih dari najis, jenazah diwudukan layaknya wudu untuk salat. Dimulai dari niat, membersihkan gigi, hidung, wajah, tangan hingga siku, mengusap kepala, hingga membasuh kaki.
  5. Membasuh Seluruh Tubuh:
    • Mulailah dengan menyiramkan air ke seluruh tubuh jenazah dari kepala hingga kaki sebanyak tiga kali, atau ganjil (lima, tujuh, dst.) jika diperlukan.
    • Miringkan jenazah ke kanan, basuh sisi kiri punggung dan tubuh bagian bawah.
    • Miringkan jenazah ke kiri, basuh sisi kanan punggung dan tubuh bagian bawah.
    • Gunakan sabun atau daun bidara untuk membersihkan seluruh tubuh, termasuk sela-sela jari, ketiak, dan lipatan tubuh lainnya.
    • Siram kembali dengan air bersih.
  6. Bilasan Terakhir: Siramkan air yang telah dicampur kapur barus ke seluruh tubuh jenazah sebagai bilasan terakhir, yang berfungsi sebagai pengharum dan pengawet alami.
  7. Mengeringkan: Setelah selesai, keringkan tubuh jenazah dengan handuk atau kain bersih. Letakkan kapas pada lubang-lubang tubuh (hidung, telinga, kemaluan) untuk mencegah cairan keluar.

Keseluruhan proses ini dilakukan dengan kelembutan dan penuh kasih sayang, seolah-olah merawat orang yang masih hidup.

3. Mengkafani Jenazah (Al-Takfin)

Mengkafani adalah membungkus jenazah dengan kain kafan setelah dimandikan dan dikeringkan. Ini adalah simbol kesederhanaan, kesetaraan di hadapan Tuhan, dan persiapan terakhir sebelum kembali ke tanah.

Bahan dan Jumlah Kain Kafan:

  • Bahan: Kain kafan sebaiknya berwarna putih, bersih, dan tidak terlalu tipis atau transparan.
  • Jumlah:
    • Laki-laki: Tiga lembar kain kafan.
    • Perempuan: Lima lembar kain kafan (tiga lembar utama, satu kerudung, dan satu baju kurung).

Persiapan Kain Kafan:

  1. Siapkan beberapa helai tali pengikat (biasanya tiga atau lima helai, tergantung panjang jenazah) dan letakkan secara melintang di alas tempat jenazah akan dibaringkan.
  2. Bentangkan lembar kain kafan yang paling lebar di atas tali-tali tersebut.
  3. Kemudian, bentangkan lembar kedua dan ketiga (untuk laki-laki) di atasnya, dengan posisi sedikit bergeser agar jenazah mudah dibungkus. Untuk perempuan, tambahkan baju kurung dan kerudung di lapisan yang sesuai.
  4. Taburkan wewangian (seperti kapur barus yang dihaluskan atau bubuk cendana) di atas setiap lapisan kain kafan.

Tata Cara Mengkafani:

  1. Meletakkan Jenazah: Letakkan jenazah yang sudah dimandikan dan dikeringkan di atas lapisan kain kafan yang telah dibentangkan.
  2. Memberi Wewangian: Letakkan kapas berwewangian di sela-sela jari tangan dan kaki, ketiak, lubang hidung, telinga, dan kemaluan jenazah. Disunahkan juga untuk mewangikan seluruh tubuh jenazah.
  3. Membungkus Laki-laki:
    • Ambil ujung kain kafan lapisan teratas dari sisi kanan dan lingkarkan ke tubuh jenazah hingga menutupi sisi kiri.
    • Lakukan hal yang sama dengan ujung kain dari sisi kiri.
    • Lakukan proses ini berulang untuk lapisan kain kedua dan ketiga hingga jenazah terbungkus rapat.
  4. Membungkus Perempuan:
    • Setelah baju kurung dan kerudung dipakaikan, mulailah membungkus dengan tiga lembar kain kafan utama seperti pada laki-laki.
  5. Mengikat: Ikat ujung-ujung kain kafan dengan tali yang telah disiapkan di bagian kepala, pinggang, dan kaki. Ikatan ini bersifat sementara dan akan dilepaskan saat jenazah diletakkan di liang lahat.
Baca juga:  <Strong>Laju Kopi Cepat:</Strong> Cara Mendapatkan Minuman Kopi Dengan Cepat Dan Praktis

Proses mengkafani ini dilakukan dengan cermat dan rapi, memastikan jenazah tertutup sempurna dan terhormat.

4. Menyalatkan Jenazah (Salat Jenazah)

Salat jenazah adalah ibadah salat khusus yang dilaksanakan untuk memohonkan ampunan, rahmat, dan kebaikan bagi jenazah. Salat ini merupakan kewajiban kolektif yang sangat dianjurkan untuk dihadiri oleh banyak orang, karena semakin banyak yang menyalatkan dan mendoakan, semakin besar pula harapan terkabulnya doa.

Syarat dan Rukun Salat Jenazah:

  • Niat: Niatkan salat jenazah untuk almarhum/ah.
  • Berdiri: Dilaksanakan dalam posisi berdiri bagi yang mampu.
  • Empat Takbir: Tanpa ruku, sujud, atau i’tidal.
  • Membaca Al-Fatihah: Setelah takbir pertama.
  • Membaca Selawat: Setelah takbir kedua, selawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  • Mendoakan Jenazah: Setelah takbir ketiga, doa khusus untuk jenazah.
  • Mendoakan Umum: Setelah takbir keempat, doa untuk jenazah dan kaum Muslimin lainnya.
  • Salam: Mengakhiri salat dengan salam.

Tata Cara Pelaksanaan:

  1. Posisi Imam: Imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah laki-laki atau di bagian tengah jenazah perempuan.
  2. Jamaah: Makmum berdiri di belakang imam. Disunahkan untuk membuat tiga barisan atau lebih jika jumlah jamaah banyak.
  3. Takbir Pertama: Mengucapkan "Allahu Akbar," diikuti dengan membaca Surah Al-Fatihah.
  4. Takbir Kedua: Mengucapkan "Allahu Akbar," diikuti dengan membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW, seperti selawat Ibrahimiyah.
  5. Takbir Ketiga: Mengucapkan "Allahu Akbar," diikuti dengan doa untuk jenazah. Contoh doa: "Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu anhu…" (Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya…). Jika jenazah perempuan, ganti dhamir ‘hu’ menjadi ‘ha’.
  6. Takbir Keempat: Mengucapkan "Allahu Akbar," diikuti dengan doa untuk jenazah dan seluruh kaum Muslimin. Contoh doa: "Allahumma la tahrimna ajrahu wala taftinna ba’dahu waghfirlana walahu…" (Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau timbulkan fitnah setelah kematiannya, dan ampunilah kami serta dia…).
  7. Salam: Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, "Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Salat jenazah adalah momen puncak permohonan ampunan dan rahmat dari komunitas kepada almarhum, sebuah bentuk solidaritas spiritual yang mendalam.

5. Menguburkan Jenazah (Al-Dafn)

Menguburkan jenazah adalah tahapan terakhir dalam proses perawatan, yaitu mengembalikan jasad ke tanah tempat ia berasal. Proses ini harus dilakukan sesegera mungkin setelah salat jenazah.

Persiapan Liang Lahat:

  • Gali liang lahat yang cukup dalam untuk melindungi jenazah dari binatang buas dan bau yang tidak sedap, serta untuk memastikan jasad tidak terlihat kembali ke permukaan.
  • Disunahkan membuat liang lahad (liang yang digali di dasar kubur ke arah kiblat, membentuk ceruk) atau syaqq (liang lurus di tengah kubur dengan dinding bata di atasnya).
Baca juga:  Cara merawat mata

Tata Cara Menguburkan:

  1. Membawa Jenazah: Jenazah dibawa ke pemakaman dengan ditandu. Disunahkan untuk berjalan cepat namun tetap sopan dan tenang.
  2. Menurunkan ke Liang Lahat:
    • Beberapa orang (biasanya laki-laki) turun ke liang lahat.
    • Jenazah diturunkan dengan kepala terlebih dahulu atau kaki terlebih dahulu, dari arah kaki kubur.
    • Letakkan jenazah di dasar liang lahat dengan posisi miring ke kanan, menghadap kiblat.
    • Lepaskan tali-tali pengikat kain kafan di kepala, pinggang, dan kaki.
    • Disunahkan meletakkan gumpalan tanah kecil di belakang punggung jenazah untuk menyokong agar tidak terlentang.
  3. Menutup Liang Lahat:
    • Liang lahad ditutup dengan papan atau batu bata agar jenazah tidak langsung tertimbun tanah.
    • Setelah itu, timbun kembali dengan tanah hingga kuburan membentuk gundukan kecil.
    • Disunahkan bagi setiap orang yang hadir untuk turut serta menimbun tanah sebanyak tiga genggam, sebagai bentuk partisipasi dan penghormatan terakhir.
  4. Doa di Atas Kuburan: Setelah kuburan dirapikan, disunahkan untuk mendoakan jenazah agar diteguhkan dalam menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
  5. Menandai Kuburan: Beri tanda kuburan dengan batu nisan sederhana tanpa hiasan berlebihan, cukup untuk mengenali kuburan tersebut.

Penguburan adalah momen yang penuh renungan, mengingatkan kita akan akhir perjalanan setiap manusia dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi.

6. Adab Setelah Penguburan dan Hikmah

Setelah jenazah dikebumikan, ada beberapa adab dan hikmah yang dapat diambil:

  • Takziah: Mengunjungi keluarga yang berduka untuk menyampaikan belasungkawa, menghibur, dan mendoakan almarhum serta kesabaran bagi keluarga yang ditinggalkan.
  • Tidak Berlebihan dalam Meratapi: Islam melarang meratapi kematian secara berlebihan, seperti menangis meraung-raung, mencakar wajah, atau merobek pakaian. Kesedihan adalah fitrah, namun harus disertai kesabaran dan keikhlasan menerima takdir Allah.
  • Bersedekah Atas Nama Jenazah: Disunahkan bagi keluarga untuk bersedekah atau melakukan amal jariyah atas nama almarhum, seperti membangun sumur, masjid, atau menanam pohon, yang pahalanya akan terus mengalir kepada jenazah.
  • Mengingat Kematian: Seluruh proses perawatan jenazah adalah pengingat kuat akan kematian yang pasti datang. Ini mendorong kita untuk introspeksi diri, meningkatkan amal ibadah, dan senantiasa berbuat kebaikan selama masih diberi kesempatan hidup.
  • Penghormatan Martabat Manusia: Setiap tahapan dalam perawatan jenazah mencerminkan penghormatan Islam terhadap martabat manusia, bahkan setelah kematian. Kebersihan, kesucian, dan proses yang teratur menunjukkan bahwa setiap individu dihargai hingga akhir hayatnya.

Merawat jenazah bukan sekadar serangkaian ritual, melainkan sebuah manifestasi keimanan yang mendalam, bentuk kasih sayang terakhir, dan pengingat abadi akan tujuan akhir kehidupan. Dengan memahami dan melaksanakan tata cara ini, kita tidak hanya menunaikan kewajiban agama, tetapi juga memperkuat ikatan kemanusiaan dan spiritual dalam menghadapi kepastian yang tak terhindarkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan ampunan bagi mereka yang telah berpulang, serta kesabaran dan keistiqomahan bagi kita yang masih menapaki jejak kehidupan.

Merawat Jenazah: Penghormatan Terakhir

Leave a Comment